Kamis, 07 Januari 2021

MENGANALISIS STRUKTUR TEKS ARTIKEL (Materi KELAS XII)

 Menganalisis Struktur Artikel

A. Struktur Artikel

1. Pengenalan isu, yakni permasalahan, fenomena, peristiwa aktual. Isu dalam artikel ditentukan berdasarkan minat penulisnya. Artikel ilmiah biasanya diawali dengan pernyataan umum berupa pengenalan masalah atau gagasan pokok (tesis) yang dianggap penting oleh penulis dan menarik untuk dibahas atau dicari cara penyelesaiannya.

2. Rangkaian argumentasi berupa pendapat atau opini penulis terkait dengan isi ataupun topik yang dibahas. Bagian ini dilengkapi oleh sejumlah teori, pendukung, dan fakta baik yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara, atau sumber-sumber lain. (artikel opini atau artikel ilmiah populer untuk teori tidak terlalu ditekankan).

3. Penegasan kembali atas pembahasan sebelumnya. Bagian ini dapat disertai dengan solusi, harapan, ataupun saran-saran. 

B. Analisis Struktur Artikel 

MENUMBUHKAN KEMAMPUAN LITERAS  BACA-TULIS:

ANTARA UPAYA DAN TANTANGAN

(oleh : Nana Sutisna, M.Pd.) 

A.    Pengantar

Mengapa kemampuan literasi baca-tulis perlu ditumbuhkan terutama di kalangan peserta didik? Seberapa pentingkah kemampun literasi baca-tulis  bagi peserta didik? Pertanyaan lebih jauh, seberapa berpengaruhkah kemampuan literasi  baca-tulis terhadap masa depan suatu bangsa? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan  yang saling terkait terebut, mari kita simak uraian berikut ini. Baca-tulis merupakan keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai peserta didik  dalam kehidupan sehari-hari. Menyusun laporan, merangkum bacaan, menyusun hasil praktikum, menjawab soal, hingga menyusun karya tulis adalah sebagian kegiatan peserta didik yang melibatkan kemampuan literasi baca-tulis.

Kemampuan literasi baca-tulis peserta didik akan mencerminkan wawasan pengetahuan yang dimilikinya.  Peserta didik yang literat berpotensi memiliki wawasan pengetahuan yang luas untuk  memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik tersebut relatif lebih mudah menjalani kehidupan, khususnya dalam bidang akademik. Sebaliknya, siswa yang aliterat akan kesulitan  dalam menjalani kehidupan terutama dalam bidang akademik. Dengan demikian, kemampuan literasi baca-tulis perlu ditumbuhkan di kalangan peserta didik.

Lantas bagaimana pengaruh kemampuan literasi baca-tulis terhadap masa depan bengsa?  Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan baca-tulis yang berujung pada kemampuan memahami dan menuangkan informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Tak dapat dipungkiri, kemampuan literasi baca-tulis berperanan penting dalam memenangkan persaingan di dunia internasional.

B.        Tantangan Penumbuhan Budaya Literasi

Patut disayangkan, kemampuan literasi baca-tulis terutama dalam memahami bacaan, menunjukkan kompetensi peserta didik Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain. Hal ini terbukti dari hasil uji internasional literasi membaca yang mengukur aspek memahami, menggunakan, dan merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan. Pengujian ini dilakunkan  PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study)  tahun 2011. Berdasarkan data tersebut,  Indonesia menduduki peringkat ke - 45 dari 48 negara peserta dengan skor 428 dari skor rata-rata 500. Sementara itu, uji literasi membaca dalam PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2009  menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke-57 dengan skor 396 dari skor rata-rata 493. Pada PISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesia berada pada peringkat ke - 64 dengan skor 396 dari skor rata-rata 496. Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012.  (Dirjen Dikdasmen, 2016 : i)

Data di atas cukup mencemaskan kita semua. Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan  generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan literasinya rendah. Bonus demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua. Kondisi ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035. Berdasarkan data  Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Mereka inilah kader generasi emas 2045.  Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun. Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan literasi baca-tulis di kalangan peserta didik. Hal ini berkaitan dengan kultur lisan lebih dominan daripada baca-tulis  dalam lingkungan peserta didik. Peserta didik lebih tertarik mencari informasi dari menyimak tontonan daripada membaca tulisan. Di lingkungan sekolah, rendahnya kemampuan literasi baca-tulis peserta didik karena ketidaktahuan akan manfaat yang diperoleh dari kegiatan baca-tulis. Efektifitas praktik pelajaran baca-tulis di kelas yang masih kurang dan terbatasnya kuantitas dan kualitas buku rujukan menyebabkan  pempelajaran tersebut kurang berhasil. Selain itu, apresiasi  sekolah terhadap sarana penyaluran bakat  baca-tulis semisal majalah dinding, buletin, majalah sekolah, koran, buku sastra, dan blog atau situs sekolah masih tersendat.

C. Upaya Menumbuhkan Kemampuan Literasi Baca-Tulis.

Untuk mengatasi rendahnya kemampuan literasi baca-tulis di kalangan peserta didik, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya menyeluruh yang melibatkan guru, peserta didik, orang tua, dan masyarakat. GLS memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.

Setahun lebih GLS diluncurkan. Gaung GLS merasuk ke semua tingkatan pendidikan, terutama pendidikan dasar dan menengah, termasuk ke SMAN 2 Sumedang, tempat penulis mengabdi.  Dalam kurun waktu tersebut ketika upaya digulirkan serta-merta tantangan selalu hadir mengikutinya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan  di SMAN 2 Sumedang untuk meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis berpedoman pada  buku panduan GLS berkut ini.

1. Tahap pembiasaan

Kegiatan pertama yang dilakukan di SMAN 2 Sumedang adalah pembiasaan membaca selama 15 menit setiap hari. Kegiatan yang dilakukan para guru adalah   membacakan kutipan buku dengan nyaring dan mendiskusikannya. Ada pula guru yang menyuruh   peserta didik membaca mandiri. Tujuan kegiatan ini adalah memotivasi peserta didik untuk mau dan terbiasa serta menunjukan  bahwa membaca sesuatu kegiatan yang menyenangkan. Disamping itu, tujuan kegiatan tersebut adalah untuk memperkaya kosakata, menjadi sarana berkomunikasi antara peserta didik dan guru, dan mengajarkan strategi membaca.

Kegiatan tahap pembiasaan selanjutnya adalah membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakaan.  Dalam praktiknya, perpustakaan sekolah menyelenggarakan kegiatan penunjang keterampilan literasi informasi bagi para peserta didik. Keterampilan ini kemudian diterapkan peserta didik saat mereka mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru bidang mata pelajaran yang diajarkan melalui tugas meringkas atau membuat sinopsis buku. Tujuan kegiatan ini adalah memperkenalkan  proses membaca, mengembangkan kemampuan membaca secara efektif dan meningkatkan kemampuan pemahaman bahan bacaan yang efektif.

Membaca terpandu dan membaca mandiri  adalah kegiatan berikutnya. Guru memandu peserta didik membaca dalam kelompok yang lebih kecil. Tujuan kegiatan ini adalah untuk aktif meningkatkan pemahaman, menganalisis bacaan, membuat tanggapan terhadap bacaan dan membuat peserta didik mampu membaca mandiri.

2. Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan adalah berbagai kegiatan tindak lanjut yang  dilakukan guru setelah kegiatan 15 menit membaca. Dalam tahap pengembangan ini, kegiatan tindak lanjut dilakukan secara berkala (misalnya 1 - 2 minggu). Adapun kegiatan tindak lanjut seperti berikut: menulis komentar singkat terhadap buku, bedah buku, reading award, dan mengembangkan iklim literasi sekolah.

cTahap Pembelajaran

Dalam tahap pembelajaran ini berbagai jenis kegiatan pernah  dilakukan  di SMAN 2 Sumedang termasuk lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran. Kegiatan literasi lain dalam pembelajaran adalah dengan sistem pemberian tagihan akademik kepada peserta didik. Dalam hal ini, guru pun dituntut melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran. Menggunakan lingkungan fisik, sosial,  afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran sangat dtekankan kepada guru-guru untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran. Di samping itu, peserta didik dituntut menulis biografinya dalam satu kelas sebagai proyek kelas.

D. Tantangan Menumbuhkan Kemampuan Literasi Baca-Tulis.

Pada tahap pembiasaan,  kegiatan membaca selama 15 menit setiap hari ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi SMAN 2 Sumedang.  Meluangkan waktu lima belas menit dalam pembelajaran tampaknya kelihatan ringan.  Selama lima belas menit guru hanya dituntut membacakan kutipan buku dengan nyaring dan mendiskusikannya atau  peserta didik membaca mandiri. Pada kenyataanya, masih ada anggapan beberapa guru di SMAN 2 Sumedang yang tidak mau jam mengajarnya terpotong. Mereka beralasan selain itu terpotong kegiatan tersebut,  jam mengajar mereka terpotong pula oleh waktu berdoa, menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, mengabsen peserta didik, dan lain-lain. Meskipun demikian, ada beberapa guru yang sudah melaksanakan kegiatan tersebut, namun masalah konsistensi dan kesinambungannya  tak bisa dijaga.

Membaca buku dengan memanfaatkan peran perpustakaanmembaca terpandu, dan membaca mandiri adalah kegiatan  berikutnya dalam tahap pembiasaan. Tantangan dalam kegiatan ini adalah kuantitas dan kualitas buku di perpustakaan sangat terbatas. Buku-buku penunjang, seperti buku sastra selalu tidak signifikan dengan jumlah siswa.

Setelah tantangan pada tahap pembiasaan, muncul pula tantangan pada kegiatan tahap pengembangan. Tak dapat dipungkiri, tantangan ini muncul karena  kegiatan ini adalah  tindak lanjut yang dilakukan guru setelah kegiatan 15 menit membaca. Dalam tahap pengembangan ini, kegiatan tindak lanjut dilakukan secara berkala (misalnya 1 - 2 minggu). Menulis komentar singkat terhadap buku yang dibaca di jurnal membaca harian adalah kegiatan tahap pengembangan yang selalu dihadapkan pada sebuah tantangan.  Walaupun jurnal membaca harian dapat dibuat secara sederhan, singkat, namun konsistensi selalu terkendala. Padahal peserta didik hanya mengisi sendiri jurnal hariannya dengan menyebutkan judul buku, dan pengarang.

Bedah buku secara sederhana dapat diartikan sebuah kegiatan mengungkapkan kembali isi suatu buku secara ringkas dengan memberikan saran terkait dengan kekurangan dan kelebihan buku tersebut. Tantangan yang dihadapi dalam kegiatan tahap ini adalah terbatasnya buku-buku baru yang berkualitas sebagai bahan resensi.  Di samping itu, faktor kejenuhan selalu menghantui peserta didik.

Reading award dan mengembangkan iklim literasi sekolah juga merupakan tindak lanjut kegiatan 15 menit membaca. Apabila dalam tahap pembiasaan sekolah mengutamakan pembenahan lingkungan fisik, dalam tahap pengembangan ini sekolah dapat mengembangkan lingkungan sosial dan afektif. Tantangan terberat dari kegiatan-kegiatan ini adalah belum populernya penghargaan prestasi literasi di kalangan warga sekolah. Prosedur penentuan penerima reading award belum sepenuhnya dipahami oleh pihak-pihak yang terkait.

Bagaimana dengan tantangan membangun iklim literasi sekolah? Ini merupakan tantangan yang tersulit. Menyadarkan seluruh warga untuk  melek litersi bukan perkara mudah. Perlu kerja sama yang serius antara kepala sekolah, guru, tata usaha, siswa, orang tua, dan masyarakat untuk mewujudkan gerakan mulia ini.

Terakhir, yang harus dihadapi dalam menumbuhkan kemampuan litarasi baca-tulis di kalangan peserta didik adalah tantangan dalam tahap pembelajaran. Tagihan akademik dan non akademik dari kegiatan ”lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran” memerlukan kesiapan dan ketelatenan semua warga sekolah. Selanjutnya, tantangan pada kegiatan tahap pembelajaran dalam melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam semua mata pelajaran selalu dikesampingkan. Akibatnya, kegiatan ini membosankan peserta didik. Belum lagi penggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik yang disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran belum maksimal.

E. Solusi

Kemampuan baca-tulis  sebagai kemampuan literasi perlu ditekankan pada peseta didik mulai sejak dini. Lebih lanjut tingkatan minat baca-tulis peserta didik sangat menentukan kualitas dalam berwawasannya. Dalam proses pendidikan, keberhasilan mereka sangat ditentukan oleh kemampuan membaca dan menulis.

Keberhasilan dari  program literasi baca-tulis yang dilaksanakan di sekolah bergantung kepada berbagai pihak, seperti  kepala sekolah, guru, siswa, tata usaha, komite, dan orang tua. Sinergitas semua warga sekolah sangat diperlukan dalam hal ini. ”Membaca lima belas menit sebelum pelajaran di mulai setiap hari”, perlu difahami oleh semua warga sekolah bahwa kegiatan ini adalah pondasi bagi kegiatan literasi yang lainnya. Bagi guru yang merasa jam pelajarannya terpotong, dengan kesepakatan bersama, solusinya dengan mengeser lebih awal jam masuk sekolah. Biasanya jam 07.00 WIB bel berbunyi tanda masuk, digeser lebih awal menjadi jam 06.45 WIB. Jika kegiatan lima belas menit ini berjalan dengan lancar, tertib, dan berkesinambungan makan tahapan lain dari kegiatan literasi akan lancar pula.

Keberadaan  perpustaakaan yang representatif amat dibutuhkan dalam upaya penumbuhan kemampuan literasi baca-tulis. Kuantitas dan kualitas buku rujukan di perpustakaan menjadi sentral dalam kegiatan ini. Pembangunan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik yang disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran perlu mendapat perhatian setiap sekolah. 

F. Kesimpulan dan Harapan

”Lima belas menit begitu menenukan!” Ya, itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan betapa pentinggya kegiatan ini dalam meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis di kalangan peserta didik. Mengapa demikan?  Lihat Permendikbud No. 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti kalimat “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai” tertuang secara eksplisit. Ini menunjukan bahwa jiwa dari gerakan litersi sekolah adalah pembiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai setiap hari. Adapun kegiatan tahap pengembangan dan pembelajaran adalah tindak lanjut dari kegiatan ini.

Tampaknya  kegiatan membaca 15 menit ini banyak yang menganggap sepele. Padahal tidak demikian. Kegiatan membaca 15 menit ini dapat menentukan masa depan bangsa. Mudah-mudahan program ini dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan berkesimambungan. Pada akhirnya, harapan hasil uji internasional PISA dan PIRLS peserta didik kita bisa sejajar dengan negara maju. Rasa pesimistis  dalam menyongsong era genersi emas 2045 dengan berbekal bonus demografi yang literat akan berubah menjadi optimistis. Bonus demografi tidak akan menjadi beban pembangunan melainkan  menjadi modal pembangunan di masa depan.

Marilah kita berupaya meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis peserta didik. Meskipun di sana-sini tantangan selalu menghadang. Luangkanlah minimal 15 menit untuk memberi kesempatan  kita dan peserta didik untuk membaca. Jadikanlah kegiatan ini menjadi ladang ibadah bagi kita  dalam menuntut ilmu. Filsuf Muslim, Imam Ghozali, pernah berkata, ”Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad. Semoga dan semoga!

                                                                                    Sumedang, 10 November 2016

 

Contoh Analisis Struktur Artikel

 

1. Pengenalan isu, yakni permasalahan, fenomena, peristiwa aktual.

Lantas bagaimana pengaruh kemampuan literasi baca-tulis terhadap masa depan bengsa?  Pada abad ke-21 ini, kemampuan berliterasi peserta didik berkaitan erat dengan tuntutan keterampilan baca-tulis yang berujung pada kemampuan memahami dan menuangkan informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. Tak dapat dipungkiri, kemampuan literasi baca-tulis berperanan penting dalam memenangkan persaingan di dunia internasional.

2. Rangkaian argumentasi berupa pendapat atau opini penulis terkait dengan isi ataupun topik yang dibahas.

Data di atas cukup mencemaskan kita semua. Bagaimana tidak? Alih-alih bangsa Indonesia sedang giat mempersiapkan  generasi emas 2045, dihadapkan pada kenyataan bahwa peserta didik yang digadang-gadangkan sebagai bonus demografi kemampuan literasinya rendah.Bonus demografi yang dimaksud adalah jumlah penduduk usia muda (usia rata-rata sekolah) lebih bayak dibandingkan dengan penduduk usia tua. Kondisi ini akan berlangsung antara tahun 2012 hingga 2035. Berdasarkan data  Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 diketahui bahwa jumlah anak usia 0 - 9 tahun mencapai 45,93 juta, dan anak usia 10 - 19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Mereka inilah kader generasi emas 2045.  Pada tahun 2045 mereka yang berusia 0 - 9 tahun akan berusia 35 - 45 tahun dan yang berusia 10 - 19 tahun akan berusia 45 - 54 tahun. Apabila potensi tersebut tidak dikelola dengan benar, tidak menutup kemungkinan genersi emas akan menjadi generasi lemas.

3. Penegasan kembali atas pembahasan sebelumnya. Bagian ini dapat disertai dengan solusi, harapan, ataupun saran-saran.

Marilah kita berupaya meningkatkan kemampuan literasi baca-tulis peserta didik. Meskipun di sana-sini tantangan selalu menghadang. Luangkanlah minimal 15 menit untuk memberi kesempatan  kita dan peserta didik untuk membaca. Jadikanlah kegiatan ini menjadi ladang ibadah bagi kita  dalam menuntut ilmu. Filsuf Muslim, Imam Ghozali, pernah berkata, ”Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad. Semoga dan semoga!


Sumber bacaan : zuhriindonesia.blogspot.com

Karya Ilmiah (Materi Kelas XI)

Pengertian Karya Tulis Ilmiah

Yang di maksud Karya Tulis Ilmiah adalah laporan tertulis yang berisi hasil sebuah kegiatan ilmiah yang dilakukan peneliti. Atau definisi karya tulis ilmiah yaitu tulisan yang membahas permasalahan berdasarkan dari penyelidikan, pengamatan, maupun pengumpulan data yang berkaitan dengan permasalahan tersebut dan di tulis menggunakan bahasa yang baku.


Karya tulis ilmiah merupakan suatu karya penelitian, penelitian tersebut misalnya dilakukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dll. Data yang didapatkannya melalui kajian pustaka, mengumpulkan pengalaman penelitian, dan bisa juga dari pengetahuan orang lain yang di sajikan dengan fakta maupun dengan tulisan yang menggunakan bahasa baku.


Karya ilmiah juga merupakan suatu sikap pernyataan ilmiah seorang peneliti, karya tulis ilmiah tujuan utamanya yaitu untuk memberitahukan kepada para pembaca mengenai suatu masalah dan untuk menemukan jawaban mengenai masalah tersebut serta membuktikan kebenarannya.


Karakteristik Karya Tulis Ilmiah

Adapun beberapa karakteristik karya tulis ilmiah, diantaranya seperti:

  • Logis
    Maksudnya setiap tulisan pada karya ilmiah dapat di terima oleh akal sehat, jadi tulisannya dapat di buktikan kebenarannya.
  • Data Yang Jelas
    Data pada karya ilmiah yang dijadikan bahan penelitian, harus jelas sesuai dengan fakta yang ada.
  • Objektif
    Isinya di tulis secara benar sesuai fakta yang ada tanpa merekayasa atau mengada-ngada.
  • Sistematis
    Penulisan maupun penyajiannya disajikan secara tersusun atau teratur sesuai prosedur yang berlaku.
  • Pembahasannya Tuntas Dan Menyeluruh
    Selain di susun secara sistematis, pembahasan mengenai permasalahan dan pemecahannya dibahas secara tuntas dan menyeluruh, yang sehingga pembaca dapat memahami maksud dari karya tulis ilmiah tersebut.
  • Menggunakan Bahasa Yang Baku
    Bahasa yang digunakan ialah bahasa yang baku, yaitu sesuai dengan bahasa standar yang benar.
  • Dapat Di Uji Kebenarannya
    Masalah yang dibahas dan juga pemecahan masalah tersebut dapat diuji kebenarannya, jadi tidak mengada-ngada. Permasalahan yang dibahas dan hasil pemecahannya dapat dilakukan percobaan sehingga kebenarannya bisa dibuktikan.

Fungsi Karya Tulis Ilmiah

Adapun fungsi dari karya tulis ilmiah secara umum, diantaranya sebagai berikut ini:

  • Fungsi Untuk Pendidikan

Fungsi yang pertama yaitu untuk pendidikan, dimana dengan menulis karya ilmiah akan memberikan pengalaman dan pelajaran yang berharga bagi penulisnya. Karena penulis akan mampu berfikir, menulis dan mempertanggung jawabkan hasil dari penelitiannya.

  • Fungsi Untuk Penelitian

Fungsi yang kedua yaitu untuk dunia penelitian, maksudnya karya ilmiah yang ditulis berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan berguna juga bagi seorang peneliti untuk memperaktekan prosedur ilmiahnya.


  • Fungsi Fungsional

Dan yang ke tiga sebagai fungsi fungsional, fungsi ini maksudnya karya tulis ilmiah dapat berguna sebagai alat untuk mengembangkan pengetahuan, sebagai bahan pustaka dan untuk kepentingan disiplin ilmu tertentu.


Adapun fungsi lainnya bagi karya tulis ilmiah misalnya yaitu:

  • Untuk Suatu Penjelasan

Maksudnya karya tulis ilmiah dapat menjelaskan hal-hal yang sebelumnya belum diketahui pembaca, misal seperti hal-hal yang belum jelas dan tidak pasti, sehingga menjadi jelas dan pasti kebenarannya.


  • Untuk Prediksi

Suatu karya tulis ilmiah hasil penelitian dapat menjadi prediksi mengenai suatu hal yang belum terjadi, sehingga kejadian tersebut bisa di antisipasi atau bisa di cegah.


  • Untuk Kontrol

Karya tulis ilmiah berguna juga untuk melakukan kontrol terhadap benar atau tidaknya suatu pernyataan mengenai permasalahan.


Bentuk Karya Ilmiah

Dalam karya ilmiah dikenal antara lain berbentuk makalah, report atau laporan ilmiah yang dibukukan, dan buku ilmiah.

  1. Karya Ilmiah Berbentuk Makalah

Makalah pada umumnya disusun untuk penulisan didalam publikasi ilmiah, misalnya jurnal ilmu pengetahuan, proceeding untuk seminar bulletin, atau majalah ilmu pengetahuan dan sebagainya. Maka ciri pokok makalah adalah singkat, hanya pokok-pokok saja dan tanpa daftar isi.


  1. Karya Ilmiah Berbentuk Report/ Laporan Ilmiah Yang Dibukukan

Karya ilmiah jenis ini biasanya ditulis untuk melaporkan hasil-hasil penelitian, observasi, atau survey yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang. Laporan ilmiah yang menjadi persyaratan akademis di perguruan tinggi biasanya disebut Skripsi, yang biasanya dijadikan persyaratan untuk karya ilmiah jenjang S1, Tesis untuk jenjang S2, dan Disertasi untuk jenjang S3.


  1. Buku Ilmiah

Buku ilmiah adalah karya ilmiah yang tersusun dan tercetak dalam bentuk buku oleh sebuah penerbit buku umum untuk dijual secara komersial di pasaran. Buku ilmiah dapat berisi pelajaran khusus sampai ilmu pengetahuan umum yang lain.


Tujuan Karya Tulis Ilmiah

Adapun beberapa tujuan dari karya tulis ilmiah di tulis/di susun misalnya seperti:

  • Di tulis untuk memecahkan permasalahan yang di teliti.
  • Di tulis untuk menambah pengetahuan sesuai dengan permasalahan yang dibahas.
  • Di tulis untuk melatih seseorang supaya dapat menulis karya tulis ilmiah secara baik dan benar.
  • Di tulis untuk melatih kemampuan berfikir penulisnya.
  • Di tulis untuk mencapai tujuan tertentu.

Sistematika Penulisan Karya Ilmiah

Berikut ini merupakan penulisan dari sebuah karya ilmiah.

Bagian Pembuka

  • Sampul
  • Halaman judul.
  • Halaman pengesahan.
  • Abstraksi
  • Kata pengantar.
  • Daftar isi.
  • Ringkasan isi.
  • Bagian Isi

Pada bagian ini umumnya berisi sebagai berikut:

  • BAB PENDAHULUAN >> Yang berisi sub BAB seperti; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dilakukan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan hipotesis.
  • BAB II LANDASAN TEORI >> Yang berisi sub BAB seperti; kajian teori, kerangka berfikir dan hipotesis.
  • BAB III METODOLOGI PENELITIAN >> Yang berisi sub BAB seperti; jenis penelitian, lokasi dan tempat penelitian dan teknik pengumpulan data.
  • BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN >> Yang berisi sub Bab seperti; hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
  • BAB V KESIMPULAN DAN SARAN; Yang berisi sub BAB seperti; kesimpulan dan saran.
  • Bagian Akhir

Biasanya pada bagian ini berisi; daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat hidup penulis. Kamu akan menemukan sistematika karya tulis ilmiah yang sedikit agak berbeda, mungkin hal tersebut disebabkan oleh ketentuan atau peraturan penulisan yang digunakan misalnya setiap kampus/sekolah bisa saja menggunakan sistematika yang agak berbeda dalam penulisan karya ilmiah.


Contoh Karya Ilmiah

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada umumnya, banyak orang yang masih membedakan antara pengertian tulisan dan karangan. Persepsi mereka biasanya mengaitkan kata tulisan dengan hal-hal yang berbau ilmiah (karya ilmiah) sedangkan karangan mengacu pada hal-hal yang bersifat fiktif. Namun sebenarnya makna kata tulisan dan karangan adalah sama. Dengan demikian orang yang melakukan kegiatan menulis berarti ia melakukan kegiatan mengarang. Hasil dari kegiatan menulis atau mengarang bagaimana pun bentuknya kita sebut sebagai tulisan atau karangan tanpa membedakan itu ilmiah atau tidak.


Jika tulisan atau karangan dikaitkan dnegan kata ilmiah maka disebut dengan tulisan ilmiah atau karya ilmiah. Menurut Ekosusilo dan Triyanto (1991: 11), “karya ilmiah adalah suatu karya tulis yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang santun dan isinya dipertanggungjawabkan kebenarannya”. Di dalam makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian, ciri-ciri dan jenis-jenis karya ilmiah serta tahap penulisan dan sistematika penulisan karya limiah.


  • Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dan agar pembahasan masalah sesuai dengan tujuan dan manfaat penulisan yang dicapai maka penulis membuat perumusan sebagai berikut:

  • Apa pengertian dan ciri-ciri karya ilmiah?
  • Apa saja yang termasuk jenis-jenis karya ilmiah?
  • Bagaimana tahap penulisan karya ilmiah?
  • Bagaimana sistematika penulisan karya ilmiah?

  • Tujuan Penulisan

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang disampaikan di atas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu

  • Untuk mengetahui pengertian dan ciri-ciri dari karya ilmiah.
  • Untuk mengetahui jenis-jenis karya ilmiah.
  • Untuk mengetahui bagaimana tahap-tahap penulisan suatu karya ilmiah.
  • Untuk mengetahui bagaimana sistematika penulisan karya ilmiah.

  • Manfaat Penulisan

Dapat memberikan pengetahuan dan gambaran tentang pengertian, ciri-ciri dan jenis-jenis karya ilmiah serta tahap-tahap dan sistematika penulisan karya ilmiah.




BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian dan Ciri-Ciri Karya Ilmiah

  • Pengertian Karya Ilmiah

Menurut Dwiloka dan Riana (2012: 1-2), “karya ilmiah adalah karya seorang ilmuwan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan. Teknologi dan seninya diperolehnya melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan pengetahuan orang lain sebelumnya”. Karya ilmiah merupakan pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan sekadar pertanggungjawaban peneliti dalam penggunaan sumber daya yang digunakan dalam peneliatian.


Menurut Brotowidjojo (1985: 8-9), “karya ilmiah adalah karya ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar”. Tujuan karya ilmiah adalah agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari lalu didukung atau ditolak oleh pembaca. Karena itu, karya ilmiah harus memenuhi sistematika yang sudah dibakukan supaya tidak sulit untuk mempelajarinya.


  • Ciri-Ciri Karya Ilmiah

Ada beberapa ciri yang menandai sebuah karya ilmiah. Ciri-ciri tersebut yaitu

  1. Logis: segala keterangan atau informasi yang disajikan memiliki argumentasi yang dapat diterima dengan akal sehat.
  2. Sistematis: segala yang dikemukakan disusun berdasarkan urutan yang berjenjang dan berkesinambungan.
  3. Objektif: segala keterangan atau informasi yang dikemukakan itu menurut apa adanya dan tidak bersifat fiktif.
  4. Tuntas dan menyeluruh: segi-segi masalah yang dikemukakan ditelaah secara lengkap atau menyeluruh.
  5. Seksama: berusaha menghindarkan diri dari berbagai kesalahan.
  6. Jelas: segala keterangan yang dikemukakan dapat mengungkapkan maksud secara jernih.
  7. Kebenarannya dapat teruji.
  8. Terbuka: sesuatu yang dikemukakan itu dapat berubah seandainya muncul pendapat baru.
  9. Berlaku umum: simpulan-simpulannya berlaku bagi semua populasinya.
  10. Penyajiannya memperhatikan santun bahasa dan tata tulis yang baku.

  • Jenis-Jenis Karya Ilmiah

Menurut Arifin (2003:1) karya ilmiah dibedakan menjadi makalah, kertas kerja, skripsi, tesis dan disertasi.

  • Makalah

Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris dan objektif. Makalah menyajikan masalah melalui proses berpikir deduktif atau induktif. Makalah disusun biasanya untuk melengkapi tugas mata kuliah atau memberikan saran pemecahan tentang masalah secara ilmiah. Makalah adalah bentuk yang paling sederhana di antara karya tulis ilmiah lainnya.


  • Kertas Kerja

Kerja kerja seperti halnya dengan makalah namun analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada makalah. Biasanya kertas kerja disajikan dalam suatu seminar.


  • Skripsi

Skripsi adalah karya tulis yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris dan objektif baik berdasarkan penelitian langsung maupun tidak langsung. Skripsi biasanya ditulis untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana (S1).


  • Tesis

Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya tulis ini akan memperbincangkan pengujian terhadap satu atau lebih hipotesis dan ditulis oleh mahasiswa pascasarjana untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar magister (S2).


  • Disertasi

Disertasi adalah karya tulis yang mengemukakan suatu keterangan yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang valid dengan analisis yang terperinci.  Keterangan yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulis dari sanggahan-sanggahan guru besar atau penguji suatu lembaga pendidikan tinggi. Disertasi berisi temuan original. Jika temuan ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulis berhak menyandang gelas doktor (S3).



Tahap Penulisan Karya Ilmiah

  • Persiapan

  • Pemilihan Topik atau Masalah

Dalam memilih topik atau masalah, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu

  1. Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar pengalaman kita maupun di sekitar pengetahuan kita. Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.
  2. Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan terbatas.
  3. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif.
  4. Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya artinya topik yang dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.
  5. Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan kepustakaan yang dapat memberikan informasi tentang pokok masalah yang hendak ditulis.
  6. Pembatasan Topik dan Penentuan Judul

Jika topik sudah ditentukan dengan pasti sesuai dengan petunjuk-petunjuk, kita tinggal menguji sekali lagi: apakah topik itu betul-betul cukup sempit dan terbatas. Jika sudah dilakukan pembatasan topik, judul karya ilmiah bukanlah hal yang sulit ditentukan karena pada dasarnya langkah- langkah yang ditempuh dalam pembatasan topik sama saja dengan langkah-langkah dalam penentuan judul.


Perbedaannya adalah pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah sedangkan penentuan judul dapat dilakukan sebelum atau sesudah penulisan karya ilmiah. Sub judul selain berfungsi membatasi judul juga berfungsi sebagai penjelas atau keterangan judul utama. Dalam hal seperti itu, antara judul utama dan sub judul harus dibubuhkan tanda baca titik dua (:).


  • Pembuatan Outline (Kerangka Karangan Karya atau Ragangan)

Penyusunan outline adalah proses penggolongan dan penataan berbagai fakta, yang kadang-kadang berbeda jenis dan sifatnya, menjadi kesatuan yang berpautan. Penyusunan karya ilmiah dapat membuat ragangan buram, yakni ragangan yang hanya memuat pokok-pokok gagasan sebagai pecahan dari topik yang sudah dibatasi, atau dapat juga membuat ragangan kerja, yaitu ragangan yang sudah merupakan perluasan atau penjabaran dari ragaan buram.


Penulis karya ilmiah harus menentukan dahulu judul-judul bab dan judul subbab sebelum menentukan kerangka karya. Judul bab dan judul subbab itu merupakan pecahan masalah dari judul karya ilmiah yang ditentukan. Jika ragangan telah selesai dibuat, langkah berikutnya adalah pembuatan rencana daftar isi karya ilmiah. Untuk membuat daftar isi yang lengkap, pada bagian awal dilengkapi dengan tajuk prakata, daftar isi, daftar table (jika ada), daftar gambar (jika ada), daftar lampiran (jika ada). Bab pendahuluan terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, cakupan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. Kemudian dalam bagian terakhir daftar isi dicantumkan tajuk bab simpulan dan saran, daftar pustaka dan lampiran (jika ada).


  • Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengumpulan data adalah

  1. Pencarian informasi atau keterangan dari kepustakaan, seperti buku, surat kabar dan majalah yang relevan dengan topik tulisan.
  2. Pengumpulan keterangan (wawancara) dari pihak-pihak yang mengetahui masalah yang akan ditulis.
  3. Pengamatan langsung ke objek yang akan diteliti.
  4. Percobaan dan pengujian di lapangan atau di laboratorium

  • Pengorganisasian dan Pengonsepan

Jika data sudah terkumpul, penyusun menyeleksi dan mengorganisasi data tersebut. Penyusun harus menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuk. Penyusun menentukan data mana yang akan dibicarakan kemudian. Jadi, penyusun harus mengolah dan menganalisis data yang ada dengan teknik-teknik yang ditentukan.


  • Penyuntingan Konsep

Sebelum mengetik konsep, penyusun terlebih dahulu memeriksanya. Tentu ada bagian yang tumpang tindih atau ada penjelasan yang berulang-ulang. Oleh sebab itu, penjelasan yang tidak perlu harus dihapus dan tambahkan penjelasan yang dirasakan sangat menunjang pembahasan. Secara ringkas, pemeriksaan konsep mencakup pemeriksaan isi karya dan cara penyajian karya, termasuk penyuntingan bahasa yang digunakan.


  • Pengetikan

Dalam mengetik naskah, penyusun hendaklah memperhatikan segi kerapian dan kebersihan. Penyusun memperlihatkan tata letak unsur-unsur dalam karya ilmiah. Misalnya penyusun menata unsur-unsur yang tercantum dalam kulit luar, unsur-unsur dalam halaman judul, unsur-unsur dalam daftar isi, dan unsur-unsur dalam daftar pustaka.


2.4     Sistematika Penulisan Karya Ilmiah

Dalam pembahasan ini, penyusun akan mengambil sistematika penulisan salah satu jenis karya ilmiah yaitu makalah. Dari segi jumlah halaman, makalah dapat dibedakan antara makalah panjang dan makalah pendek. Makalah panjang adalah makalah yang jumlah halamannya lebih dari 20 halaman. Secara garis besar, makalah panjang terdiri dari atas tiga bagian; yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Susunannya sebagai berikut:


Bagian Awal

Halaman Sampul

Daftar Isi

Daftar Tabel dan Gambar (jika ada)

Bagian Inti

Pendahuluan

  • Latar Belakang Penulisan Makalah
  • Masalah atau Topik Bahasan
  • Tujuan Penulisan Makalah

Teks Utama (pembahasan topik-topik makalah)

Penutup

Bagian Akhir

Daftar Rujukan

Lampiran (jika ada)




BAB III

PENUTUP

  • Simpulan

Berdasarkan penulisan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • Karya ilmiah merupakan suatu karya atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Karya ilmiah memiliki ciri ciri: logis, objektif, sistematis, tuntas dan menyeluruh, seksama, jelas, terbuka dan berlaku umum.
  • Jenis-jenis karya ilmiah meliputi makalah sebagai karya ilmiah yang paling mudah dibuat kemudian kertas kerja, skripsi, tesis dan disertasi.
  • Tahap-tahap penulisan karya ilmiah meliputi persiapan (pemilihan topik, pembatasan topik dan penentuan judul; pembuatan outline atau kerangka karya); pengumpulan data; pengorganisasian dan pengonsepan; penyuntingan konsep serta pengetikan.
  • Makalah merupakan salah satu jenis karya ilmiah yang memiliki sistematika penulisan sebagai berikut: bagian pembuka meliputi halaman sampul, daftar isi dan daftar gambar atau tabel; bagian inti meliputi pendahuluan (latar belakang masalah, rumusan masalah dan tujuan penulisan makalah), teks utama (pembahasan topik-topik masalah) dan penutup serta pada bagian penutup meliputi daftar isi dan lampiran.

  • Saran

Berdasarkan penulisan dan simpulan di atas maka penyusun memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan permasalahan yang penyusun bahas, yaitu:

  • Dalam menulis karya ilmiah diharapkan penyusun dapat mengkaji berbagai permasalahan sehingga karya tulis dapat menjadi menarik dan bermanfaat bagi pembaca.
  • Mahasiswa seharusnya mengetahui apa saja ciri-ciri karya ilmiah. Selain itu juga, mahasiswa perlu mengetahui tahap-tahap penulisan dan sistematika penulisan karya ilmiah sehingga dalam proses menyusun suatu karya ilmiah tidak mengalami kesalahan yang fatal dan karya ilmiah yang ditulis dapat diterima semua kalangan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E.Zaenal.2003.Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah.Jakarta: PT Grasindo.
Brotowidjojo, Mukayat D. 1985.Penulisan Karya Ilmiah.Jakarta: Akademika Presindo.
Dwiloka, Bambang dan Rati Riana.2012.Teknik Penulisan Karya Ilmiah.Cetakan Kedua,Edisi Revisi.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ekosusilo, Madyo dan Bambang Triyanto.1991.Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Semarang: Dahara Prize.Utami, Murdiana.2011.”Bahasa Indonesia 2 Karya Ilmiah”, (Online),http://iyor.wordpress.com/2011/04/10/bahasa-indonesia-2-karangan-ilmiah/, diakses 8 Desember 2014



Sumber :
 www.gurupendidikan.go.id

www.dosenpendidikan.go.id

Mengenalkan dan Mempromosikan Produk Pangan Lokal Indonesia (Materi Kelas XI)

Tiga konsep penting dalam konteks produk pangan: 💎 Keunggulan Kompetitif Keunggulan kompetitif adalah kelebihan yang dimiliki suatu prod...